Kembali ku merajut sebuah pengharapan dalam kelamnya malam.
Mata ini seakan telah letih menitikkan air mata.
Aku tau ini semua takkan semudah ku mengibaskan rambutku di tengah tiupan angin.
Tiada yang bertanya mengapa aku duduk terdiam, membungkam mulut seperti ini.
Berjuta hujatan telah kuterima utuh da kutelan bulat-bulat.
Membuatku mengernyitkan dahi sejenak dan mengartikan setiap kalimat.
Lima menit kemudian aku tersenyum, mengelus dadaku, menatap ke langit.
Hatiku tak merasakan lagi kesedihan, melainkan iba pada sang penghujat.
Semoga Tuhan memberikan cahayaNya...
Mata ini seakan telah letih menitikkan air mata.
Aku tau ini semua takkan semudah ku mengibaskan rambutku di tengah tiupan angin.
Tiada yang bertanya mengapa aku duduk terdiam, membungkam mulut seperti ini.
Berjuta hujatan telah kuterima utuh da kutelan bulat-bulat.
Membuatku mengernyitkan dahi sejenak dan mengartikan setiap kalimat.
Lima menit kemudian aku tersenyum, mengelus dadaku, menatap ke langit.
Hatiku tak merasakan lagi kesedihan, melainkan iba pada sang penghujat.
Semoga Tuhan memberikan cahayaNya...
No comments:
Post a Comment